Mohon maaf, kelanjoetan posting daripada ini BLOG dilanjoetken ke:

http://pattiro.net/blog/

digaboengken dengan daripada kita poenya Perpustakaan Pattiro

Silahkan berkoenjoeng!
untuk registrasi kontributor silahkan hoeboengi andymse@gmail.com
Terimakasih...

Bocor lagi, bocor lagi…

Sungguh ironis sekali ujian nasional sekolah yang katanya sudah diupayakan sedemikian rupa agar tidak bocor ternyata masih juga terdapat kebocoran. Berbagai langkah yang diupayakan oleh pihak-pihak yang terkait dengan ujian nasional masih bisa ditembus oleh oknum-oknum yang berkeinginan agar para siswa bisa lulus dengan jalan pintas. Tapi kita juga cukup salut dengan adanya pengawasan ujian nasional independen yang cukup berhasil menemukan kebocoran-kebocoran ujian. Entah kunci jawaban yang ditemukan melalui HP, melalui kertas biasa dan berbagai kebocoran lainnya yang selama ini mungkin dianggab menjadi hal biasa.
Jika ingat kebocoran itu saya jadi ingat masalah kebocoran naskah ujian yang menimpa SMA pada tahun 1999 di Kota Jogjakarta. Saat itu penulis merupakan salah satu siswa yang mengikuti ujian. Sungguh sangat jengkel sekali kita yang tidak tahu apa-apa mengenai kebocoran tiba-tiba saja karena terjadi kebocoran di Kota Gudek tersebut diwajibkan mengikuti ujian ulang karena masalah tersebut. Para siswa yang seharusnya berlega hati sudah selesai ujian tiba-tiba harus belajar keras lagi untuk mengulang mata pelajaran yang katanya bocor.
Belum bisa kita menarik nafas lega kita juga cukup dikagetkan dengan hasil pengumuman nilai ujian. Nilai yang kita dapat sangat rendah sekali, padahal saat mengerjakan soal ujian dulu tidak sesulit itu. Tentunya kita saat itu shok sekali, usaha keras kita ternyata hasilnya jauh sekali dari harapan. Tentu sebagai seorang anak kita juga takut sekali jika nanti kena marah dari orang tua. Belum ketakutan-ketakutan yang lain. Tapi para siswa menjadi tenang setelah mendengar penjelasan dari salah seorang guru yang mengatakan bahwa untuk sekolah yang ada di Kota Jogja nilainya dipotong dua tiap pelajaran yang tidak di ujiankan ulang, sebagai akibat dari adanya kebocoran soal yang ada di Kota Pelajar tersebut. Biarpun demikian sebagai siswa kita juga sangat malu karena ternyata nilai-nilai yang di capai oleh SMA-SMA yang ada di kota Jogja jauh lebih rendah dibanding SMA-SMA yang ada di kabupaten. Padahal biasanya sebaliknya.
Memang patut disayangkan disatu sisi pemerintah bermaksud meningkatkan kualitas standar pendidikan dengan melakukan Ujian Umum Nasional yang benar-benar bersih dari kebocoran. Dan juga menghilangkan sistem pengkatrolan nilai siswa yang mengakibatkan siswa malas belajar semakin malas. Tetapi karena adanya ketakutan mungkin dari siswa atau bahkan mungkin dari guru dan juga orang tua bisa moment ini bisa dimanfaatkan oleh oknum-oknum yang ingin meloloskan ujian siswa dengan jalan pintas dengan membocorkan soal ujian mungkin disertai jawabannya.
Jika kondisi ini terus menerus dibiarkan kapan Indonesia bisa melakukan perubahan sistem pendidikan yang benar-benar berkualitas. Kapan Indonesia bisa melahirkan warga yang cerdas dan bisa membangun negeri ini? Jika di usia pelajar saja sudah diperkenalkan mendapatkan sesuatu dengan jalan yang pintas tidak sesuai dengan ketentuan yang ada. Lalu bagaimana nantinya jika hal-hal seperti itu terus membudaya ketika seseorang mengelola persoalan terlebih persoalan publik yang namanya negara! Tidak malukah kita pada para pahlawan yang telah mengorbankan harta, jiwa dan raganya untuk mendirikan dan memperetahankan negeri ini!!!

0 komentar: